Selasa, 10 Januari 2012

Gelegar KONFERANCAB PAC. WANASARI

Tinggal menghitung hari terlaksananya Pemilihan Ketua Pimpinan Anak cabang (PAC) IPNU-IPPNU Wanasari, sudah banyak kabar angin yang tersebar tentang pemilihan ini?? siapa nama yng akan muncul???? dan siapa yang akan terpilih itu akan terjawab pada tanggal 25 Februari 2012 di SMK Asyamsuriyah. Tetaplah belajar, berjuang, & bertaqwa....

Kamis, 27 Oktober 2011

Menentukan Arah Kiblat dengan Bantuan Matahari

Tahukah anda, jika anda hidup di wilayah indonesia dan sekitarnya, pergeseran arah kiblat sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah sekitar 100 km dari titik Ka’bah. Semakin jauh kita dari Ka’bah lencengan arah ini akan semakin besar. Jadi, sangat dianjurkan untuk setepat mungkin menentukan arah kiblat ini, baik bagi masjid dan mushola maupun ketika kita sholat di rumah atau kantor. Untungnya menentukan arah kiblat dengan tepat itu tidak sulit. Tidak perlu alat canggih. Dengan berbekal sinar matahari, kita bisa menentukannya dengan amat teliti. Cara ini bahkan bisa lebih teliti dibandingkan dengan menggunakan kompas yang sangat mudah terpengaruh dengan medan magnet di sekitarnya. Istiwa A'zham (Persinggahan Utama) - Saat Matahari di Atas Ka'bah Saat matahari di atas Ka'bah, 28 Mei dan 16 Juli, adalah salah satu cara menentukan arah kiblat.Dalam satu tahun masehi, matahari singgah dua kali tepat di atas Ka’bah. Hal ini merupakan pengetahuan yang sudah tua umurnya. Namun sepertinya masyarakat awam tidak banyak yang mengetahui. Dalam bahasa arab disebut sebagai peristiwa Istiwa A’zham (Persinggahan Utama). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Mekah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27. Artinya, semua orang yang bisa melihat matahari pada saat itu dan menghadapkan wajahnya ke sana telah menghadapkan wajahnya ke kiblat. Atau jika kita melihat bayangan benda yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis arah kiblat.
Bagi yang di Indonesia, waktu kejadian tersebut adalah 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juli jam 16:27 WIB. Jadi, bagi yang ingin mengecek atau melihat benar tidaknya arah kiblat yang digunakan selama ini silakan keluar pada waktu tersebut dan lihat matahari (atau bayangannya).

Wisata Kuliner Khas Brebes

Bagi Anda yang biasa melakukan "ritual" mudik, dari Jakarta dan kota-kota sekitarnya menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur, bila melalui jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) tentunya akan melewati Kabupaten Brebes. Dan sudah menjadi kebiasaan bagi para pemudik untuk selalu singgah di kota-kota yang dilewati selama perjalanan untuk sekedar melepas lelah, sholat, dan tentunya berburu kuliner. Karena kesempatan ini menjadikan berbeda berburu kuliner yang tidak dijumpai sehari-hari di tempat tinggal atau disekitar kita bekerja selama ini, dan sudah menjadi buah bibir bahwa kuliner di daerah jawa selain murah tentunya nikmat dan cocok di lidah orang Indonesia pada umumnya. Kali ini, dalam perjalanan pulang dari Jawa selepas berkunjung ke sanak famili menuju kembali ke Serang-Banten, tepat di Alun-alun Kota Brebes kami berhenti untuk melepas lelah dan sholat ashar karena hari sudah menjelang sore hari. Masjid Agung Brebes berada di sebelah kanan alun-alun kota dan biasanya bila kami melewati alun-alun ini memang selalu berhenti, selain untuk istirahat tentunya belanja telor asin yang menjadi ikon Kabupaten Brebes. Nah, kali ini kami berbeda karena melihat kondisi alun-alun sore hari yang sudah ramai oleh pengunjung dan pedagang kaki lima disekitar area alun-alun. Kami melihat banyak terdapat warung kaki lima bertulisan "Kupat Glabed" dan "Sate Blengong". Penasaran tentunya, jadi kepengen untuk merasakan bagaimana dan apa itu makanan. Tanpa sungkan-sungkan dihampiri dan tanya-tanya tentang makanan khas ini. 1.Kupat Glabed Sama seperti halnya kupat-kupat biasa yang ada di tanah Jawa, disuguhkan dengan menggunakan kuah bersantan pekat berwarna kuning. Kemudian ditaburkan dengan kerupuk berbahan beras dan bawang goreng, bila anda suka dapat ditambahkan dengan potongan daging bebek yang diolah menjadi satu dengan sayur kuah santan tadi. Setelah itu kembali diguyur semacam sambel khas untuk memberikan rasa pedas dan segar. Satu porsinya seharga Rp11.000,00. 2.
Sate Blengong Berbahan daging bebek yang diolah dan dimasak menyerupai sate, dengan bumbu bersantan disajikan pertusuk seharga Rp3.000,00. Seperti ada rasa kacangnya terasa sangat nikmat, kami menikmati sate ini bersama dengan kupat glabed. Sate ini menjadi kegemaran masyarakat setempat, terlihat dari pengunjung yang memadati penjual sate yang khusus menjualnya dengan cara dibungkus, karena penjual tersebut tidak menyediakan area untuk makan di tempat. Dari kedua kuliner khas Brebes ini, satu menjadi kesimpulan adalah menggunakan daging bebek sebagai menu utamanya. Dari tanya-tanya tadi, tentunya hal ini berhubungan dengan Brebes dengan ikon telor asinnya sehingga banyak produksi bebek dan berbagai olahannya. Pada awalnya, bebek yang di olah menjadi makanan adalah bebek-bebek yang sudah tidak produktif untuk bertelor lagi tetapi karena lambat-laun kebutuhan bebek untuk diolah menjadi masakan, akhirnya diternakkan juga bebek yang khusus untuk bebek potong. Hal ini selain memberikan daging bebek yang segar karena masih berumur muda, juga memberikan diversifikasi pendapatan masyarakat setempat. Demikian perjalanan dan kuliner kali ini, bila anda melewati Kota Brebes, jangan lupa untuk mampir di Alun-Alun Kota.
Masjid Agung Brebes merupakan salah satu bangunan masjid tertua di wilayah pantura Kabupaten Brebes yang didirikan tahun 1836 masa pemerintahan Bupati Raden Adipati Ariya Singasari Panatayuda I (Kyai Sura) yang bangunan aslinya berarsitek jawa kuno, dengan kubah berbentuk limas.Terletak di Jl. Ustad Abbas No. 7 sebelah barat alun-alun kota Brebes. Disamping fungsi utamanya sebagai tempat salat, tempat lokasi masjid yang strategis di jalur pantura sering digunakan juga untuk tempat istirahat bagi masyarakat yang melintas baik dari arah barat (Jakarta, Cirebon) maupun dari arah timur (Semarang, Surabaya). Masjid Agung Kota Brebes
Pada zaman pemerintahan Bupati Raden Adipati Ariya Sutirta Pringgahaditirta (Kanjeng Tirto - red) tahun 1932/ 1933, masjid ini diratakan dengan tanah dan dibangun kembali, dikarenakan sering tergenang banjir luapan kali / Sungai Pemali. Pembongkaran itu sesuai dengan prasasti yang terdapat di bangunan utama saat ini.Disebutkan, masjid itu dibangun kembali di atas tanah seluas 666 m2 dengan ditopang kayu jati pilihan dan fondasinya ditinggikan 1 meter. Meski sudah berulangkali mengalami perbaikan, bangunan utama Masjid Agung yang terletak di bagian depan masih terjaga keasliannya. Bagian kubah masjid yang berbentuk limas dari dulu hingga kini menjadi tempat penyimpanan benda-benda pusaka daerah. Di antaranya, keris, tombak dan senapan zaman VOC. Namun dalam perkembangannya, beberapa benda pusaka itu ada yang dipindahkan ke museum di Semarang demi alasan keamanan. Masjid Agung Brebes hingga kini sudah mengalami pemugaran tiga kali, yakni di tahun 1933, tahun 1979 dan 2007. Namun, dalam perbaikan itu bangunan lama berbentuk joglo dan kubah limas tetap dipertahankan.

Jumat, 14 Oktober 2011

Pesan Penulis

Assalamualaikum Wr, Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan nikmatnya kepada kita semua, serta sholawat salam tidak lupa kita lantunkan kepada Nabi Muhammad SAW, beliaulah yang telah mengantarkan kita dari zaman yang penuh kebodohan menuju zaman yang penuh cahaya iman dan islam. Salam sejahtera bagi kita semua hamba Allah SWT, Pertama penulis mengucapkan maaf apabila dalam penulisan makalah penulis banyak membuat kesalahan atau tulisan penulis menyinggung hati pembaca. Penulisa juga meminta maaf karena penulis sangat jarang menuliskan berita tentang PAC. IPNU-IPPNU kecamatan Wanasari karena kesibukan yang menghalangi penulis untuk memberikan berita untuk pembaca semua. Dalam kesempatan ini penulis sangat berharap bahwa perjuangan rekan/rekanita IPNU-IPPNU khususnya kecamatan Wanasari kabupaten brebes untuk tetap mengibarkan panji-panji IPNU-IPPNU di wilayah kita. Karena mengingat banyak ormas-ormas yang sudah masuk dan mulai mengusik ketenangan dan perjalanan IPNU-IPPNU di wilayah kita. Itu saja pesan dari penulis, semoga pesan penulis ini tidak menyinggung rekan/rekanita semua. Wassalamu'alaikum WR, Wb.